Tempat Berbagi Berita, Cerita dan Derita

Kategori Yang Kalian Suka

Post ini diterbitkan pada : Thursday, November 11, 2010

Cita-citaku Setinggi Cawan Monas

plane-pilot2 Obama itu bisa menjadi contoh yang baik mengenai “Gantungkanlah mimpimu setinggi langit”. Berdasarkan kesaksian dari gurunya, gw jadi tau bahwa Obama itu udah menulis kata “Presiden” dalam cita-citanya sejak kecil. Dan kita semua udah pada tau bahwa sekarang cita-cita itu udah beneran jadi kenyataan.

Ngomongin masalah cita-cita, gw jadi inget masa kecil gw juga. Waktu itu masih kelas 1 SD.

“Apa cita-cita kamu?”, tanya ibu guru gw.
Gw berpikir lumayan lama, sebelum akhirnya menjawab “Pilot bu!”
”Oh, kenapa kamu mau jadi pilot?”
”Soalnya pilot itu keren bu”
Ibu guru gw kemudian mengelus kepala gw sambil bilang, ”Kalau begitu, kamu harus belajar yang rajin. Biar bisa jadi pilot ya..”
Gw mengganguk mantap, dan Ibu guru tersenyum. Tapi senyuman itu berubah saat gw bertanya, “Pilot itu apa bu?”.

Ibu guru langsung pindah ke meja temen yang lain.

Pokoknya gitu deh, ngga tau kenapa, kata pilot itu terdengar keren di kuping gw. Terlebih pas akhirnya gw tau bahwa pilot itu adalah seseorang yang menerbangkan pesawat terbang. Wuihh!!, keren abis!, gw makin menggila-gila.

Sekarang keputusan gw udah bulet, dan ngga bisa di ganggu gugat. Cita-cita gw adalah menjadi Pilot. “Pas gede nanti, gw akan bawa pesawat terbang dan berkeliling dunia”, kira-kira begitulah yang ada di pikiran Leo kecil, yang ingusnya masih meleber kemana-mana.

Sejak itu, pilot adalah obsesi terbesar dalam hidup gw. Ngga akan ada lagi kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu guru gw, atau siapapun itu.

“Apa cita-cita kamu?”
”Pilot!!!”
“Kamu mau jadi apa kalo udah gede?”
”Pilot!!!”
”Kamu mau beli pen merk apa?”
”Pilot!!!”
”Siapa tokoh idola kamu?”
”Dua hari yang lalu masih Satria Baja Hitam, tapi sekarang udah jadi Pilot!!!”

Waktu kepisah dari nyokap di Pesta Natalan,
”Lho mama kamu mana?”,tanya ibu guru yang ngeliat gw ngga bareng mama gw.
Jawabannya masih sama,”Pilot !!!” (_ _?)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Monas Sekitar dua bulan kemudian, gw lagi jalan-jalan ke monas bareng nyokap, bokap dan adik-adik gw yang waktu itu ingusnya meleber lebih parah di banding gw. Monas aja sampe licin gara-gara gw bertiga. Yang main bola jadi ice skating disono. hehe..

Walaupun cuma jalan-jalan ke monas, tapi bagi gw yang masih kecil, itu udah lebih asik dari tempat-tempat lainnya didunia. Disono, gw bisa main lempar-lemparan bola dari balon sama bokap gw. Gw bisa main niup gelembung dan ketawa-tawa.

Puas nge-berantakin taman di monas, gw sekeluarga akhirnya meneruskan perjalanan ke museum di tugu monas, kemudian lanjut ke area luar tugu monas (Cawan). Itu loh yang bentuknya kayak mangkok.

Areanya bener-bener luas dan keren. Apalagi saat gw menengadahkan kepala gw ke langit. Langit seolah dekat banget buat gw gapai. Cita-cita yang gw gantung disana (langit) pun pasti mudah juga untuk gw gapai. Yeah!, gw keinget lagi tentang cita-cita gw menjadi pilot.

“Ma, saya ingin jadi pilot lho”, gw ngasih tau nyokap gw.
Nyokap tersenyum , terus ngeliat ke arah bokap. Bokap yang lagi nyuapin adik paling kecil gw kemudian becandain gw.
”Mau jadi pilot? terus ngga mau jadi orang kaya donk?”
”…” gw kebingungan ngejawabnya.
Ngeliat gw yang begitu, nyokap langsung nenangin gw. “Pilot itu juga bisa jadi orang kaya koq Leo”

Gantian gw yang senyum-senyum. hehe..

Langit udah berubah warna dari jingga menjadi hitam, saatnya pulang ke rumah. Bokap yang bawa kamera minta tolong sama seorang mas-mas buat fotoin gw sekeluarga. Tapi ada yang janggal dari permintaan bokap gw.

Bokap maunya foto-foto sambil duduk diatas pinggir cawan.

Gw digendong sama bokap, terus di naikin ke atas cawan monas. Waaa!, tinggi banget. Gw yang dari tadi ngga nyangka lagi ada ditempat setinggi itu, langsung histeris dan meronta-ronta. Gw takut jatoh!

“Kenapa leo?”, tanya bokap.
”Ngga mau pa, ngga mau pa.. foto dibawah aja pa”
”Tenang aja, ngga mungkin jatuh koq”
”Pokoknya ngga mau pa. Ini tinggi banget”, gw udah mulai nangis membabi-buta saat itu.
Bokap megangin gw yang lagi duduk di atas pinggiran cawan terus bilang,”Lho? katanya mau jadi pilot? koq takut sama yang ginian?”

Gw dengan sigap dan lebih mantap dari sebelumnya, langsung menjawab “Ngga jadi pa!, besok mau cari cita-cita baru”

Bokap nurunin gw kebawah dan ngebatalin niatnya buat foto-foto diatas cawan. Lokasi pun berpindah ke yang lebih aman (bagi gw).

Alhasil sejak kejadian itu, gw baru sadar bahwa gw ini orang yang takut ketinggian. Cita-cita menjadi pilot, musnah di cawan monas. Hkz..

Bahkan sampe sekarang ini, gw masih takut sama yang namanya ketinggian. Jalan-jalan di mall pun, gw ngga mau jalan di pinggiran yang bisa ngeliat kebawah. Gimana ya cara nyembuhinnya? hmm..

Do you like this post? You can share it with your community..
Dapatkan update artikel lewat email

Artikel Terkait

2 comments:

Temen - temen kita jg byk yg punya cita2 tinggi ky lo, Leo. tapi, unfortunately, mereka punya keterbatasan dana..

Help me to help them buat dapet pendidikan yang lebih baik yaa...

http://pedulimutiarakartini.blogspot.com

tengkyu Leo :)

Ratna : Pengurusnya situ yach..?

My Tweet

 
Site Meter
© 2008 Blogger Abstrak | Template by : O-zone | Owner : Angga Leoputra